Thursday, February 7, 2013

Sepatah Kata : "Perubahan"

- Change -
Secara harfiah, perubahan adalah proses berbeda dari sebelumnya.
Kamus Besar bahasa Indonesia menterjemahkan "ber·u·bah [v 1] "menjadi lain (berbeda) dr semula".  Per·u·bah·an n 1 hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran.
Sangatlah kompleks makna dari kata perubahan. Banyak Pahlawan serta Kampanye yang selalu menggembar-gemborkan "Gerakkan Perubahan". Banyak juga petinggi-petinggi dan Pemegng kuasa yang selalu mengumandangkan "Reformasi dan Transformasi, dimana dibutuhkan Perubahan yang nyata". Banyak mahasiswa menyerukan kata dan menyebut dirinya sebagai "Agent of Change". Banyak para ahli lingkungan menyebutkan, " Change your Habit for Climate Change". Bahkan sesosok pemuka agama selalu memberikan kata perubahan, "Perubahan dilakukan dari hal yang kecil, diri sendiri dan saat ini". Idealisme pelajar selalu berkata - "Aku akan mengubah dunia dengan karyaku".
 Sadarkah kita?
Setiap tahun, bulan, menit, detik, bahkan seperseribu detik kita selalu berubah. Setiap sel yang membelah dari 1 berubah menjadi 2. Oksigen yang setiap dihembuskan dan dihirup selalu berbeda dalam tubuh kita. Pemikiran-pun berbeda dari waktu ke waktu. Sampai suatu saat nanti, perubahan akan terjadi bagaikan sebuah roda ber-energi super yang berjalan di sebuah lingkaran. Dari bayi-Remaja-Dewasa-Tua-mati-hingga akhirnya langkah ini berganti sampai menunggu saat ketika dibangkitkan lagi, keadaan selalu berubah. Tidak ada yang abadi? "Perubahan"lah yang abadi.
Perubahan yang bagaimana yang membuat manusia itu menjadikan "manusia beruntung yang abadi"
Sebuah analogi tentang 3 Dimensi waktu :
Kemarin, Hari Ini, dan Esok
Kemarin > Hari ini menjadikan kita Celaka
Kemarin = Hari Ini menjadikan kita Merugi
Kemarin < Hari ini menjadikan kita Beruntung

Hari ini < Besok menjadikan kita Celaka
Hari ini= Besok menjadikan kita Merugi
Hari ini < Besok menjadikan kita Beruntung 

--Semoga ini menjadikan kita sebagai makhluk yang selalu beruntung dalam Perubahan, bukan seseorang yang Buntung terhadap Perubahan"
Semua tergantung kita menghadapi sebuah yang abadi
"Abadi" dapat diatasi dengan "yang maha Abadi"

Tuesday, January 15, 2013

Sesosok Lelaki yang Kupanggil....

Cuaca tak seberapa bersahabat mendatangi dalam bangunku. Awan menutupi bumi ini. Suasana mendung dan kelabu menghiasi hari dimana orang biasa menyebutnya dengan hari berkumpul keluarga. Suara angin melewati celah dedaunan pun terdengar. Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki paruh baya memanggil.
"Kesini sebentar!"
"Apa?", Sautku
"Gaada kuliah atau ke kampus?"
"Ini mau berangkat, mau rapat organisasi, sudah ditunggu teman-teman"
"Kemana lagi mendung begini?Mau Ngapain? Duduk Sebentar!"
Lalu aku pun menuruti kata-katanya. Dengan perasaan yang sedikit dongkol, mau tidak mau aku menuruti perintahnya.
"Tahu kenapa aku memanggilmu kesini?"
Memasang muka yang tidak enak, bibir maju ke depan, mengkerutkan kulit dahi, dan duduk bungkuk di sebuah sofa. Aku pun tidak menjawab. Laki-laki itupun mulai memperbaiki posisi duduknya. Sambil menghela nafas dia berkata
"Tidak terasa waktu berputar begitu cepat, kamu sudah besar. Sudah bisa berjalan sendiri yang awalnya kamu dituntun untuk berjalan, sudah bisa memberikan saran, yang awalnya kamu selalu meminta nasihat, dan yang paling penting sudah bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah" ujarnya.
Dengan melakukan sandaran ke kursi, kemudian dia berkata, "Aku akan bercerita seorang pemuda di masa lalu"

***Awal cerita pun dimulai***

Hidup bermula dari seorang anak laki-laki bungsu yang dilahirkan dari 6 bersaudara. Dia hidup di tengah perkotaan dimana kesederhanaan yang menyelimutinya. Ayahnya hanya seorang supir yang berwatak keras dengan berpasangan seorang istri yang memiliki watak seratus delapan puluh derajat dengannya. Dia hidup bagaikan seseorang hidup di dalam pengawasan Belanda yang berbidadari surga dunia akan kasih sayangnya serta kelembutannya. Perbedaan watak kedua orang tua yang mengurung hidupnya akan keluarga menceritakan kisah yang menegangkan dan sedikit lucu. Sampai pada akhirnya dia mendapatkan pengalaman yang tidak dapat tertuliskan secara penuh dalam sebuah gambaran kanvas ataupun coretan pena.
Dia terus tumbuh dari masa ke masa, meninggalkan waktu dan mengikuti alunan nasib dan fitroh manusia dalam setiap nafas yang dihembuskannya. Sampai pada akhirnya, dia memasuki masa dimana masa dinamakan masa pencarian jati diri. Masa ini adalah masa dimana seseorang berbahagia dalam dilematisme kehidupannya.
Seseorang yang akrab dipanggil, "Tok", pemuda yang memiliki keingintahuan mencoba yang besar dalam segala bidang dan tampaknya tidak satupun yang dicobanya. Seorang itu selalu mencoba walau tanpa keahlian yang dimilikinya, dia selalu mencoba sesuatu yang dianggapnya asing dalam hal yang positif. Proseslah yang dia cari untuk dirinya.

 "Hidup Sukses itu Adalah Hidup yang Mencari Proses, bukan sekedar Hasil dan Materi. Dengan ridho Allah, Allah selalu menghargai Hasil yang dicapai dengan Proses Yang Benar. Bukan Hasil yang Besar karena Proses Yang Hambar"
Begitu kata - kata yang menjadikannya semangat dalam keingintahuannya. Dia memulai hidupnya dari seorang penulis, musisi hingga semua bidang digelutinya, sampai seorang pencinta alampun diikutinya. Tak sedikitpun keluhan dan kata "menyerah" ada dalam kamusnya.
 Sayang, suatu ketika hidupnya berubah semenjak kejadian buruk menimpa hidupnya. Suatu kecelakaan terjadi dalam hidupnya. Dia hampir kehilangan pasangan kakinya. Seketika itu pula takdir Tuhan yang berbicara kepadanya. Tak sadarkan diri, dia dibawa ke rumah sakit.
"Tok, Tok!" Ada sebuah panggilan samar samar didengarnya.
Ingin dia menjawabnya, akan tetapi tak bisa menjawab, bahkan untuk membuka matanya saja terasa sangat berat. Hingga berhari-hari telah berlalu dalam ketidak sadarannya. Disaat itu pula, operasi dilakukan sebanyak 15 kali dalam ketidaksadarannya.
 "Tok, Tok, Bangun! Kami sudah ada disini, Bangun Nakk!"
Sampai ada suara sesosok wanita yang bernada tangis yang begitu lantang bersuara hingga mendebarkan jantungnya untuk segera membukakan matanya dan sadar dari tidurnya. Ternyata itu adalah ibunya. Sampai hari itu, matanyapun terbuka sedikit demi sedikit. Kesadarannya membuat semua orang bernafas lega. Tetapi, dia santak terkejut, melihat suatu ruangan asing yang dimana kaki sudah terangkat keatas dengan tambahan besi dan jarum yang menyatukan tulang-tulangnya. Kejadian hari itu memang berasa cepat sekali.
"Aku kenapa? Aku pincang? Aku kok di pen?"
Semua orang lantas terdiam. Diapun akhirnya ingat kejadian singkat yang dimana merubah hidupnya itu. Memang keadaan dalam takdir Tuhan tidak bisa dihindarkan dari sebuah realita kehidupan. Hembusan nafas saja yang bisa dia berikan. Akan tetapi, dia berfikir dengan cepat, bahwa "Kaki pincang ini boleh merubah hidupku, akan tetapi tidak ada kata yang merubah semangatku". Life is still Going on begitu kata pepatah seseorang asing yang pernah dikatakan kepadanya ketika masih kecil dulu.
"Alhamdulillah" Kata yang bisa diucapkannya
Sampai pada suatu waktu, dia berjalan dimana keadilan Tuhan diwujudkan. Man jada wa jadda, yang bersungguh-sunggu akan berhasil. Dia dapat berjalan dengan beban pada satu kaki, sedangkan pasangan kaki satunya masih ditopang dengan benda berkayu tua yang biasa disebut krek.
Kekuasaan Kasih sayang Tuhan memang selalu tercurah pada makhluknya dalam ujian yang diterima makhluk tersebut. Sampai akhirnya dia berkeluarga. Disaat semua orang cacat  sulit menemukan jodohnya serta pekerjaan, dia diberikan atas kekurangannya untuk mencari sesosok wanita. Melamar pekerjaan tertolak sudah biasa didengarnya. Caci maki atas kekurangannyapun sudah bukan keawaman dalam hal yang didengarnya.
Waktupun berjalan, bersama tongkat penopang keseimbangan tubuhnya, dia hanya mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai tenaga koperasi yang dimana gaji sangat minim. Hal itu terus disyukuri karena dia percaya, Tuhan akan mencukupkan dirinya. Di sisi lain, dengan keberanian dan kemantapan hatinya, seseorang lelaki itu melamar seorang wanita. Tak peduli dengan krek yang digunakan dia mendatangi keluarga seorang wanita yang pernah ditemuinya ketika dia sedang menjalani rawat inap di rumah sakit itu.
Modal keberanian dan tekat sajalah yang dia bawa. Pekerjaan tak tetap bukanlah halangan yang dia gunakan untuk melamar seorang wanita itu.
"Apa pekerjaanmu nak?", Ibu tua dari pihak wanitapun bertanya
Dengan lantang, dan kata-kata yang sudah dipersiapkannya dari hari sebelumnya dia menjawab,
"Pegawai Koperasi bu, tapi saya juga sering menulis untuk dikirimkan ke majalah-majalah, dan saya juga sebagai seorang asisten Profesor di Universitas Swasta"
"Jawabanmu sunggu meyakinkan hati nak, memang pekerjaan bukan nomor satu, kekuranganmu juga bukan apa-apa bagi kami, kami sebagai keluarga mengembalikan semua keputusan pada pihak wanita, dan yang jelas kalian sudah saling mencintai. Baik, urus saja pernikahan kalian"
Mendengar jawaban itu, seorang laki-laki itu mendapatkan berita yang luar biasa meledakkan jantung dan otaknya. "Alhamdulillah" kata itu lagi yang terucap. Tibalah saatnya dia menikah.
Akan tetapi, waktupun berjalan, Hingga dia akhirnya  mendapatkan seorang anak laki-laki yang awalnya banyak orang yang pesimis untuk dia mendapatkan seorang anak. Dengan penuh kasih sayang dan benar-benar sifat lantang menyerah, dia merawat anaknya. Tampaknya ketidak beruntungan dia masih berpihak padanya, Suatu ketika, dia divonis terkena penyaki tulang pada punggungnya, biasa disebut HMP sehingga mengharuskannya operasi dilakukan kembali.
"Alhamdulillah" ucapnya.
Memang kejadian operasi berulang-ulang membuat semua orang terdekatnya merasa sedih terayun bimbang. Akan tetapi, dia berkata...
"Sakit itu sebuah anugrah yang harus dinikmati, Allah sudah mengukur kemampuan seseorang untuk menghadapinya"
Kata-kata positif itulah yang membuat dirinya dan semua orang terdekatnya menjadi optimis menjalani hidup. Sampai pada akhirnya, operasi besar mendatanginya. Dokter memvinis agar tulang punggungnya dipatahkan satu. Dia tersenyum walau keadaan hati seseorang tak ada satupun yang tahu. Hingga pada akhirnya operasi pun dilakukan. Kejadian setelah operasipun membuat dewi fortuna masih belum memihak padanya. Syaraf punggunya terjepit dan dokter melihat foto rontgennya dikatakan bahwa orang itu lumpuh. Akan tetapi, perkataannya tentang sakit terbukti, dia masih bisa berdiri tegar, walaupun baju besi penegak badan pun terpasang. Bukan perkara sakit fisik saja, akan tetapi dia memiliki keluarga dengan dua anak yang harus dinafkahinya. Doa selalu tercurahkan padanya. Karena tanggung jawabnya, dia berdiri untuk memulai pekerjaannya sebagai pegawai dan pekerjaan sampingannya sebagai dosen di kota lain. Berpakaian baju besi, dengan keseimbangan bertumpu pada satu kaki, dia selalu tersenyum dan berpikir di jalanNya untuk memenuhi nafkah keluarganya. Konsumsi bahan kimia berupa obatpun selalu dikonsumsinya, sampai suatu ketika dia terkena infeksi liver. Semua itu dilakukan untuk mencari sebuah proses dan tanggung jawab atas keluarganya di hadapanNya.
Tak ada kata menyerah dalam kamusnya, walau kelemahan yang dimilikinya bersandar pada dirinya. Semua Orang mencarinya dalam karyanya. Semasa hidupnya dia selalu berkarya, menuangkan idenya dalam buku serta tulisan.
 "Hidup Berkarya itu merupakan salah satu bentuk ukiran sejarah bagi kita, dimana ketika kita sudah dibawah batu nisan, karya itu merupakan saksi kita, saksi keberadaan kita"

Selalu saja menekankan kesederhanaan dalam hidup, mengutamakan proses, serta hidup berkarya di JalanNya. Berusaha keras sebagai laki-laki, karena "Laki-Laki itu menangis melalui keringat yaang bercucuran keluar melalui badannya untuk keluarganya".

Kemudia akupun beranjak dari kursi, dan sejenak laki-laki itu berkata
"Siapa orang itu?"
Akupun menjawab sambil mata berkaca-kaca dan kemudian memeluknya erat,
"Itu BAPAK, Aku bangga memiliki Bapak, aku menjadi seperti ini karena Bapak, Aku merasa aman karena Bapak, Aku dapat solat karena Bapak, dan aku hidup berjalan diatas rumah ini karena Bapak"
Kehidupan ini bermula karena kerja kerasnya
Kehidupan ini bermula karena pantang menyerahnya
Kehidupan ini bermula karena senyumnya
Kehidupan ini bermula karena pengajarannya
Kehidupan ini bermula karena hidup yang diberikannya
 Tak ada sesosok laki-laki sempurna dimataku, seorang anak selain dirinya
 yaaa, karena Sesosok Lelaki yang Kupanggil Bapak